Cara Menjadi 'Kritikus' Film Terkenal di Platform Digital dalam Waktu Singkat



Saat ini, banyak sekali yang dapat dilakukan dengan hadirnya berbagai platform digital. Dengan platform tersebut, penggunanya dapat mengemukakan pendapat mereka secara online, dan kemudian dapat ditanggapi oleh pengguna-pengguna dari platform tersebut.

Beberapa tahun kebelakang, karena maraknya penggunaan platform digital, termasuk social media di dalamnya, hadirlah berbagai kritikus yang mulai menjamur, tidak terkecuali di sektor film, baik di Indonesia, maupun di dunia. Beragam kritikus film ini seringkali mengutarakan kesan mereka mengenai film-film yang mereka tonton, entah melalui post atau story di Instagram, maupun melalui video yang bisa kalian tonton di YouTube.

Kritikus film di platform digital seperti ini umumnya disukai oleh para netizen, terutama di Indonesia. Biasanya, para netizen sering kali menonton beberapa review film dari kritikus-kritikus ini, sebelum akhirnya memutuskan untuk menonton film-film tersebut. Bahkan, ada pula netizen yang tidak akan menonton suatu film, namun lebih memilih untuk menonton review dari kritikus film tersebut, membuat kritikus film ini merasa bahwa video yang mereka buat ini menyenangkan bagi penontonnya.

Dan kali ini, berdasarkan research ala-ala dari saya, berikut adalah cara-cara untuk menjadi kritikus film terkenal di berbagai platform digital dalam waktu singkat.

1. Tonjolkan 'Karakter' dari Dirimu

Layaknya berbagai influencer maupun content creator di platform digital, para kritikus film harus menonjolkan diri dalam setiap konten film yang dibuat. Dan sebisa mungkin tonjolkan karaktermu, supaya kamu bisa dianggap memorable bagi para penikmatmu. Kalo karaktermu bagus, ngga perlu waktu lama sebelum kamu akhirnya dibanjiri komentar netizen seperti "bang, gua lebih demen pembawaan lu pas di video yang lu bikin, daripada gua nonton film yang lu bahas di video itu", atau "alasan gua nontonin elu karena seneng nyinyiran lu, terutama ketika lu secara keras nyinyirin film, itu tuh moodbooster banget".

2. Tidak Usah Kebanyakan Research Lah

Sebelum membuat konten film, sebisa mungkin rancang dengan baik isinya, supaya tidak kesulitan ketika mulai dibuat, terutama untuk review film. Dalam setiap review film, kalo emang kalian kurang mengetahui film yang mau di-review, ya udah berikan informasi yang kamu tahu aja, ga perlu tuh muluk-muluk menyelam ke deep web buat tau informasi dari film yang mau kamu review. Kalo kata orang Jawa, "ngopo ngoyo-ngoyo nglakoni sing ora diakoni karo wong liyo".

3. Analisis Film Tidak Penting, Analisis Follower Lebih Penting

Dalam setiap review film, umumnya dibeberkan beberapa analisis versi kritikus tersebut, yang sepertinya terlihat sangat "berisi". Namun, sebagian kritikus film, terutama yang punya basis follower yang bisa dibilang gede, memang konten mereka ketika me-review film terbilang "berisi", berisi hal-hal yang bertujuan untuk menyenangkan penontonnya. Mereka-mereka ini menghalalkan segala cara, baik dengan mengajak orang lain di luar circle mereka, untuk sama-sama menghibur penonton, seringkali tanpa memikirkan efek samping nya pada industri yang mereka jamah, yaitu industri film itu sendiri.

4. All-out dalam Setiap Me-review Film

Sudah hal lumrah bagi para selebgram untuk selalu bersemangat dalam setiap hal. Konon, apabila pembuat konten tampil secara all-out, tentu konten mereka akan disukai oleh penikmatnya, dan ini juga berlaku untuk para kritikus film di dunia maya. All-out disini bentuknya bermacam-macam, mulai dari penyampaian kesan yang jedar-jeder, atau dengan tulisan yang menohok apabila dilakukan dengan format tekstual.

5. Jangan Tanggung dalam Me-review

Dalam setiap review film, selalu saja ada hal-hal yang dipaparkan oleh pembuat konten mengenai film tersebut berdasarkan perspektif mereka, mulai dari sinopsis, kesan, plus-minus, dan kesimpulan akhirnya. Namun, saat ini para kritikus film ini acapkali mengedepankan asas "film itu soal selera" dan "review kami adalah bentuk dari freedom of speech", sehingga selalu merasa opini mereka paling benar dan sering sekali menentang opini yang berlawanan dengan mereka. Karena "selera" inilah, mereka cenderung langsung mengecap film dengan kata "bagus banget" atau "jelek banget" secara keseluruhan tanpa analisis lebih lanjut, menegaskan poin 2 dan 3 di atas. Jadi ya, bagian plus-minus ini lebih baik dihilangkan saja, diganti dengan kesan yang tak berkesudahan, dilanjutkan dengan kesimpulan dan skor sesukanya. Dan ya, penonton tidak akan peduli akan hal itu, karena mereka lebih suka melihat kritikus memuji-muji film sebelum akhirnya diajak collab dengan filmmaker nya, atau mencaci maki film yang dibenci secara pol-polan, yang akhirnya mendatangkan views bagi kritikus ini.

Dan itulah beberapa kiat untuk menjadi kritikus film di dunia maya, yang berpotensi mendapatkan engagement dalam waktu singkat, tanpa harus repot-repot analisis layaknya kritikus kuno.

Dan mottonya adalah sebagai berikut.

JUST MAKE CONTENTS BASED ON "SELERA", WITH THE PURPOSE OF PLEASING YOUR SO-CALLED FOLLOWERS, OR SUBSCRIBERS, THAT WILL MAKE YOU FAMOUS IN AN INSTANT.

Comments

Popular posts from this blog

Girl from Nowhere, Kritis dan Kelam

Curahan Hati dari Saya untuk Dunia Kritik Film di Indonesia